MEMBANGUN DI ATAS DASAR YANG KOKOH (1 Korintus 3:10-17)
Saudara-saudara
yang terkasih, pergumulan yang dihadapi jemaat Korintus saat itu adalah
munculnya pengelompokan ditengah-tengah jemaat. Pengelompokan tersebut sudah
mengarah kepada perselisihan atau perpecahan. Sebagian ada yang mengklaim
sebagai kelompok Paulus, ada juga yang mengklaim sebagai kelompok Apolos, Kefas
dan lain sebagainya. Padahal antara Paulus dan para pemberita Injil itu tidak
ada persoalan atau perselisihan. Namun jemaat membanding-bandingkan para
pemberita Injil tersebut, sehingga mereka terjatuh kepada pengelompokan. Sebagian berkata si Paulus lebih hebat,
tetapi yang lain berkata Apolos lebih hebat, demikian seterusnya. Oleh karena
itulah, dalam perikop ini rasul Paulus,
mengarahkan kita kepada dua hal, yaitu:
1. Yang Menjadi
Dasar dari Gereja adalah Kristus.
Saudara-saudara,
ketika membangun sebuah rumah, tentunya seseorang akan membangun rumah
tersebut di atas sebuah fundasi yang kuat.
Karena jika fundasinya tidak kuat, maka rumah itu akan mudah oleng
bahkan dapat menjadi rubuh. Demikianlah halnya dengan berdirinya sebuah gereja.
Gereja yang benar adalah gereja yang berdiri di atas fundasi yang kuat, yaitu
Yesus Kristus. Rasul Paulus mengatakan,
ibarat sebuah bangunan, maka fundasi
gereja tidak boleh digantikan dengan yang lain. Dengan rendah hati, Paulus
menyatakan bahwa atas kemurahan Allah, ia telah meletakkan Kristus sebagai
dasar atas berdirinya jemaat Korintus (ayat 10). Dasar iman Kristen bukanlah
pengetahuan atau kegemerlapan dunia ini. Tetapi dasar gereja yang sejati adalah
Yesus Kristus. Saat ini, banyak gereja bertikai, karena dasar gereja telah
digantikan dengan pikiran dan keinginan dunia ini. Yesus Kristus tidak lagi menjadi yang
terutama dalam gereja. Yang terutama adalah pikiran dan keinginan manusia.
Ketika Yesus Kristus tidak lagi menjadi pusat atau fundasi dari kehidupan
bergereja, pastilah timbul pikiran-pikiran seperti yang terjadi di jemaat
Korintus tersebut. Mengklaim dirinya, kami adalah kelompok A, yang lain
mengklaim dirinya kami adalah kelompok B. Timbullah perselisihan dan pertikaian
didalam gereja. Yesus Kristus menjadi dasar dari gereja yang benar karena Yesus
Kristuslah Tuhan dan jalan yang membawa kita kepada kehidupan yang kekal. Apa
gunanya kita membangun gereja yang megah dan melengkapinya dengan fasilitas
yang luar biasa, tetapi kita tidak masuk kepada kehidupan yang kekal tersebut.
Oleh karena itulah, setiap orang Kristen perlu untuk senantiasa mengarahkan
hidupnya kepada Yesus Kristus. Apapun yang kita kerjakan dalam pekerjaan dan
pelayanan, kiranya sungguh-sungguh meninggikan nama Yesus Kristus. Yesus
Kristus menjadi fundasi dalam kehidupan kita.
2. Membangun dengan Bahan Yang Tahan Uji.
Saudara-saudara yang terkasih, sebagaimana sebuah bangunan, maka setelah
fundasi didirikan, maka selanjutnya seseorang dapat membangun dengan
bahan-bahan bangunan seturut dengan keinginan dan kemampuannya. Ada orang yang membangun di atas fundasi
dengan bahan bangunan yang kuat dan
tahan lama. Tetapi ada juga orang yang membangun dengan bahan bangunan yang
biasa- biasa saja. Dalam ayat 12, rasul Paulus
menggambarkan keadaan ini dengan mengatakan bahwa di atas fundasi yang
didirikan, ada orang yang membangun dengan emas, perak, batu permata atau kayu,
rumput kering, jerami. Hal ini memperlihatkan
bahwa orang Kristen tidak bisa membangun dengan sembarangan. Ada
waktunya, hasil pembangunan itu akan diuji. Paulus mengatakan pengujiannya
dengan cara membakar. Bangunan yang mempergunakan kayu, rumput kering dan
jerami akan melihat bagaimana pekerjaannya akan sia-sia. Walaupun ia telah
berjerih lelah dan menghabiskan waktu, pikiran dan dana, tetapi hasil
pekerjaannya, ternyata tidak tahan uji. Sebaliknya, yang membangun dengan
mempergunakan emas, perak dan permata, ketika diuji, maka terlihat hasil
pekerjaannya akan tahan uji. Tidak akan hilang.
Ini adalah gambaran dari kehidupan kita. Ada waktunya, apa yang kita
kerjakan akan diuji. Apakah hidup atau pelayanan kita seperti jerami atau emas.
Kalau hidup dan pelayanan kita seperti jerami, maka semua jerih lelah kita akan
sia-sia. Ketika dibakar didalam masalah dan persoalan, langsung terbakar dan
lenyap. Iman kepada Yesus tidak tercermin dalam kehidupan kita, ketika
menghadapi masalah dan pergumulan. Ketika kita mendengar omongan orang, hati
kita langsung terbakar, dan kita kehilangan sukacita kepada Tuhan. Hidup kita
tidak lagi mencerminkan bahwa Kristus menjadi dasar dalam kehidupan kita. Sebaliknya,
jika hidup dan pelayanan kita seperti emas yang tahan uji, maka kita akan
mengalami suka cita. Kita mengalami
ujian ditengah-tengah persoalan dan masalah. Kita tetap bertahan, sebab
bangunan kepribadian kita berdiri kokoh di atas Kristus.
Saudara-saudara,
membangun dengan mempergunakan kayu, rumput dan jerami tentulah lebih mudah dan
murah daripada membangun mempergunakan perak, emas dan permata. Demikianlah
dengan gambaran kehidupan umat Tuhan ditengah-tengah dunia ini. Kita berhadapan
dengan berbagai tantangan dan kesulitan. Mengikut Tuhan tidak mudah. Banyak
tantangan dan kesulitan. Terkadang kita harus berkorban pikiran, materi bahkan
perasaan. Tetapi sukacita yang sejati sebagai pengikut Tuhan adalah bahwa Roh
Tuhan dinyatakan berdiam dalam diri kita (ayat 16-17). Artinya, Tuhan akan senantiasa
memampukan kita dalam menghadapi persoalan dan pergumulan, jika kita melibatkan
Dia. Amen.