Langsung ke konten utama

PANGGILAN MEMELIHARA ALAM

IMAMAT 25:1-13 
Saudara-saudara yang terkasih, apabila kita memiliki sepeda motor, pastilah sepeda motor itu tidak terus kita pergunakan. Pastilah ada saatnya, kita akan mengistirahatkan kenderaan itu dan memasukkannya ke bengkel untuk diservis. Karena pastilah, oleh karena dipergunakan dalam waktu sekian lama, maka ada peralatan dari sepeda motor itu yang aus sehingga membutuhkan perawatan atau pergantian. Kenderaan itu diistirahatkan untuk mendapat perawatan atau perbaikan. Sehingga ketika selesai diistirahatkan, maka kenderaan itu dapat dipergunakan kembali.

Saudara-saudara, dalam perikop kotbah saat ini, TUHAN mengatakan bahwa tanah yang akan dimasuki oleh bangsa Israel harus dikelola oleh bangsa Israel dengan baik. Mereka harus menanami dan mengambil hasil dari tanah tersebut. Tetapi yang menarik, TUHAN mengatakan bahwa mereka tidak boleh mengelola atau mengusahakan tanah itu secara terus menerus. Ada waktunya mereka mengelola tanah tersebut. Tetapi ada waktunya, mereka harus mengistirahatkan tanah tersebut. Enam tahun lamanya mereka mengambil hasil dari tanah yang mereka kelola. Tetapi tahun ketujuh menjadi tahun sabat. Dimana tanah harus diistirahatkan. Tahun ketujuh dikenal sebagai tahun istirahat. Bangsa Israrel harus mengistirahatkan tanah yang mereka kerjakan. Selama setahun mereka membiarkan tanah tersebut, dan tidak menanaminya. Selanjutnya, disamping tahun Sabat, bangsa Israel juga mengenal tahun Yobel. Tahun Yobel, jatuh berdasarkan perhitungan tujuh kali tahun sabat. Tahun Yobel dikenal juga sebagai tahun pembebasan. Tahun yang penuh sukacita, oleh karena kasih dan kemurahan TUHAN. Istilah Yobel berasal dari bahasa Ibrani “yowbel” yang berarti domba jantan. Hal ini berhubungan dengan penggunaan tanduk domba jantan sebagai bahan untuk membuat sangkakala yang biasa dibunyikan menandakan tahun itu adalah tahun Yobel.

Saudara-saudara, pada tahun Sabat dan tahun Yobel, tanah yang biasa mereka kerjakan akan diistirahatkan. Tanah tidak digarap, anggur tidak dirantingi, sehingga mereka akan memakan hasil dari tanah yang tidak ditabur dan tidak ditanam (ayat 6). Dan siapapun berhak mengambil hasil dari tanah yang diistirahatkan tersebut, termasuk para budak atau para pendatang. Siapapun berhak mengambil hasil dari tumbuhan yang ada di tanah tersebut, tanpa takut ada yang marah atau keberatan. Tanah dibebaskan dari beban untuk digarap dan ditabur benih. Bangsa Israel hanya boleh menikmati hasil tumbuhan yang keluar secara alami tanpa proses pengerjaan tanah (ay.11). Yang menarik dari tahun Yobel adalah, semua orang harus pulang kembali pada tanah mereka. Sebab tahun itu merupakan tahun pembebasan (ay.10). Artinya, para pekerja atau para budak yang selama ini terikat pada tuannya, mereka mendapatkan kebebasan untuk kembali ke kampung halaman atau keluarganya.

Saudara-saudara, berdasarkan perikop kotbah saat ini, ada beberapa hal yang patut kita renungkan bersama untuk dapat diterapkan dalam kehidupan kita, diantaranya:

Pertama: Adanya pengaturan tahun Sabat maupun tahun Yobel menyadarkan kita bahwa alam semesta perlu dikelola secara bertanggung jawab. Manusia patut tidak hanya memikirkan hasil dari alam yang dieksplorasi (dikelola), tetapi manusia perlu memberi perhatian akan kelangsungan alam tersebut. Terkadang oleh karena hanya memikirkan uang, maka pohon dengan sembarangan ditebangi dan dijual. Akibatnya timbullah banjir bandang. Lalu, tanpa memikirkan efek dari penggunaan pupuk dan insektisida yang berlebihan, yang penting hasil panennya banyak. Akibatnya, timbullah penyakit dalam diri manusia yang mengkonsumsi. Penyakit pada tanaman juga muncul yang tidak pernah ada. Tahun Sabat dan Yobel, mengingatkan kita bahwa kita jangan hanya memikirkan uang dan dunia ini saja.

Kedua: Pengaturan tahun Sabat dan Yobel juga mengingatkan bahwa kehidupan manusia tidak hanya untuk bekerja. Ada waktunya kita bekerja, tetapi ada juga waktunya kita beristirahat. Kita beristirahat untuk memperoleh kekuatan rohani yang baru dari TUHAN melalui persekutuan denganNya. Terkadang oleh karena kesibukan dalam pekerjaan, kita melupakan keluarga dan persekutuan dengan TUHAN. Keadaan seperti saat ini, ketika dunia bergumul dengan pandemi corona, kita diingatkan bahwa hanya TUHAN lah yang kekal. Oleh karena itu, marilah kita untuk senantiasa memuji dan memuliakan TUHAN.