HIDUP DALAM KASIH
1 Yohanes 4:16 b-21
Ketika rasul Yohanes menulis
surat ini, pada saat itu ada dua ajaran yang berkembang ditengah-tengah orang-orang
Kristen yang baru bertumbuh, yaitu: ajaran gnostisisme dan ajaran doketisme.
Ajaran gnostisime adalah ajaran yang menekankan bahwa Yesus itu manusia biasa.
Meskipun ada sisi keilahiannya, namun lebih rendah dari Tuhan Allah. Sedangkan
ajaran doketisme mengajarkan bahwa Yesus itu adalah Allah sejati, sisi
kemanusiaanya hanya semu. Sebab tidak mungkin Allah yang kudus, tanpa dosa
bercampur dengan manusia berdosa dan hidup dalam kejahatan. Ajaran doketisme
menolak sisi kemanusiaan Yesus Kristus.
Kedua ajaran ini bertentangan
satu dengan yang lain. Persamaan kedua ajaran itu adalah bahwa keduanya menolak
inkarnasi yang dilakukan Allah di dalam diri Yesus Kristus.
Dalam kaitan inilah, kita
melihat bagaimana rasul Yohanes menjelaskan tentang kasih Allah yang mengatasi
akal pikiran manusia. Karena kasihNya kepada manusia, IA sendiri datang ke
tengah-tengah dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.
Jadi jelaslah, bahwa surat ini
dituliskan dengan tujuan untuk meneguhkan iman umat Kristen, agar tidak
terombang-ambing dalam rupa-rupa pengajaran sesat, sekaligus mengajak umat
Kristen menjadikan kasih Tuhan sebagai dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelasan Nas dan Aplikasi
1. Kasih menjadi dasar dalam
kehidupan
Seorang
pendeta dari Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer ditangkap dan dimasukkan dalam
penjara ketika Hitler berkuasa. Ia
dipenjara karena ketegasannya menentang Hitler yang bertindak semena-mena. Dari
penjara ia menulis sebuah artikel dengan sebuah pertanyaan: “Apakah menjadi
orang Kristen berarti berbeda dengan orang lain? Pertanyaannya itu dijawabnya
sendiri dengan kalimat: “membedakan orang Kristen itu adalah gaya hidupnya.”
Gaya hidup yang dimaksudnya adalah gaya hidup sebagaimana yang dikotbahkan
Yesus dalam kotbah di Bukit. Gaya hidup yang berdasar dalam kasih yang
mengampuni dan mendoakan orang-orang yang membenci dan memusuhi. Kasih yang
mengampuni musuh, bukanlah menunjukkan kelemahan pribadi, justru hal itu
menunjukkan keteguhan pribadi.
Kasih
seperti itulah yang kita lihat saat ini ditekankan dalam perikop kita. Kasih
sebagaimana yang telah ditunjukkan Allah Bapa sendiri dalam diri Yesus
Kristus.
2. Kasih
nyata dalam tindakan
Kasih adalah kata yang paling sering diucapkan. Sering menjadi slogan
kering dan hanya sebatas dalam perkataan. Tetapi pada saat ini, kita diingatkan
tentang kasih yang sebenarnya, yaitu kasih yang terwujud pada salib Kristus.
Kasih yang terlihat sebagai sebuah bentuk pengorbanan yang dilakukan secara
sadar dan sukarela. Kasih memperlihatkan tegar terhadap penderitaan dan tidak
mudah menyerah.
Kasih yang nyata seperti inilah yang kita lihat ditunjukkan dalam
pengorbanan Yesus Kristus. Kasih yang nyata dan bukan sekedar kata-kata.
Kasih
seperti ini jugalah yang diungkapkan rasul Paulus dalam 1 Kor.13. Paulus
menguraikan secara mendalam tentang keutamaan kasih. Orang yang memiliki banyak
pengetahuan dan banyak karunia, namun tidak memiliki kasih digambarkan oleh
Paulus seperti canang yang gemerincing dan gong yang berkumandang. Hanya
suaranya saja yang dapat dinikmati oleh orang lain.
Melalui
firman Tuhan ini, kita diajak untuk menyadari bahwa kehendak Tuhan dalam
kehidupan umatNya adalah bahwa kasih itu tidak hanya indah diperdengarkan, tapi
hendaklah terwujud dalam perbuatan nyata.
Oleh
karena itulah, perikop kita mengatakan bahwa seseorang adalah pendusta jika dia
mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya. Kasih kepada Allah akan nyata
tergambar dalam hubungan dengan sesama.
Dalam
kaitan dengan tema minggu sebagaimana diaturkan dalam Almanak, yaitu tentang:
gereja sebagai umat/ keluarga Allah;
kita juga diajak untuk melihat
bagaimana menjadikan kasih sebagai dasar dalam hubungan ditengah-tengah
persekutuan. Kasih menjadi perekat segala perbedaan dan kesalahpahaman.
Sehingga persekutuan umat Tuhan tidak menjadi batu sandungan, melainkan
sungguh-sungguh menjadi kesaksian untuk kemuliaan Tuhan ditengah-tengah dunia
ini.