Langsung ke konten utama

1 Yohanes 3:19-24


HATI YANG PERCAYA DAN MENGASIHI (1 Yohanes 3:19-24)



1.    Hati yang bermegah dalam kebenaran (ay.19-21)
Hati sering digambarkan sebagai pusat dari kehidupan manusia. Oleh karena itulah, raja Salomo pernah mengungkapkan: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22), dan Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat” (Amsal 15:13).
Melalui ungkapan dalam kedua Amsal ini tergambar tentang bagaimana hati dianggap sebagai pusat kehidupan manusia.  
Jika seseorang mengalami hati yang tertekan, ia pasti akan kelihatan lemah dan tidak bersemangat. Sebaliknya, jika seseorang memiliki hati yang dipenuhi sukacita, maka seseorang itu akan terlihat bersemangat.
Dalam nas kita ini, Rasul Yohanes menasehati orang-orang Kristen yang tidak tenang hatinya, karena merasa bahwa dosanya terlalu banyak. Hatinya tidak tenteram karena dia merasa tertuduh. Dia merasa dirinya tidak layak di hadapan Tuhan.
Yudas Iskariot setelah menghianati Yesus, ia merasa gelisah. Ia tidak tenteram. Semula ia berpikir bahwa dengan uang 30 keping perak hasil penghianatannya kepada Yesus, ia akan berbahagia. Tetapi ternyata, ia tidak bahagia. Hatinya gelisah. Akhirnya ia memilih bunuh diri.
Dosa memang membuat hidup manusia tidak tenteram. Dosa membuat kita terpisah dengan Tuhan. Padahal Tuhan-lah sumber kebahagiaan dan sukacita yang sejati. Oleh karena itu, orang yang hidupnya senantiasa di dalam dosa, ia pasti-lah penuh dengan ketakutan dan kegalauan. Ia tidak dapat tenang.
Tetapi, kalau kita mengaku dosa kita di hadapan Tuhan, maka sebenarnya dosa itu telah diselesaikan. Sebagaimana dikatakan dalam 1 Joh 1:9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.
Oleh karena itu, tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni. Semua dosa dapat diampuni. Inilah yang ditegaskan oleh rasul Yohanes, sehingga tidak perlu ada keraguan tentang pengampunan yang kita terima dalam Kristus tersebut. Sebagaimana yang dikatakan pada ayat 20: “Allah adalah lebih besar dari pada hati kita..”
Artinya, yang mau kita megahkan bukan perbuatan kita sebagai manusia, tetapi adalah perbuatan Allah yang besar tersebut. Yang mau kita megahkan bukan kebenaran kita sebagai manusia, tetapi adalah kebenaran Kristus, yang kepadaNya kita percaya.

2.    Melakukan perintah Allah: Percaya kepada Yesus & mengasihi satu dengan yang lain (ay.22-24)
Percaya kepada Yesus berarti bahwa kita percaya Yesus adalah Anak Allah. Dia adalah Tuhan yang maha kuasa yang menciptakan dunia alam semesta ini. Dia juga adalah Tuhan yang tahu kemampuan dari manusia tersebut. Sebab manusia adalah ciptaanNya. Dia tahu bahwa manusia tidak dapat melakukan perintahNya secara sempurna. Manusia gagal untuk melakukan perintahNya. Itulah sebabnya, Tuhan datang ke tengah-tengah dunia ini untuk menyelamatkan manusia tersebut. Cara Tuhan menyelamatkan manusia adalah dengan datang ke tengah-tengah dunia ini, dan memberikan diriNya sendiri sebagai kurban keselamatan manusia tersebut.
Oleh karena itulah, rasul Yohanes menekankan bahwa perintah Tuhan yang perlu kita perhatikan adalah: Percaya kepada Yesus dan saling mengasihi satu dengan yang lain.
Kata “percaya” dan “mengasihi” adalah dua kata yang saling terkait satu dengan yang lain. Percaya kepada Tuhan harus ditunjukkan di dalam kasih kita kepada sesama.
Kita percaya kepada Tuhan, karena Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita. Ia menunjukkan perhatian dan kepeduliannya kepada kita. Sehingga, selanjutnya kita diminta untuk mengasihi sesama.
Mengasihi adalah panggilan kepada setiap orang percaya.