MENGASIHI DAN SETIA KEPADA TUHAN
(Roma 3,1-8)
Suatu ketika, seorang Bapak Guru mengajar
di sebuah kelas 4 SD. Di kelas tersebut, ia menugaskan murid-muridnya
mengerjakan 10 soal matematika. Tapi ada seorang murid yang terlihat santai. Teman-temannya
berusaha mengerjakan soal matematika itu dengan serius. Tapi ia kelihatan tidak
serius dan hanya memain-mainkan pensilnya. Ia hanya tersenyum-senyum melihat
teman-temannya menyelesaikan soal yang diberikan guru tersebut. Mengapa ? Karena
ternyata bapak guru tersebut adalah ayahnya. Anak tersebut berpikir,
bagaimanapun ayahnya tidak akan menghukum dirinya. Tetapi perkiraan si anak
meleset. Bapak guru justru menghukum dia karena tidak mengerjakan satupun soal
yang diberikan.
Demikianlah gambaran tentang
keberadaan orang Yahudi. Mereka memang
memiliki kelebihan dibandingkan dengan bangsa lain di bumi ini. Paulus
menegaskan kelebihan orang Yahudia, yaitu bahwa orang Yahudi dipilih Allah, dan
dipercayakan untuk menerima firman Allah, yaitu Taurat (ayat 2). Sebenarnya
tujuan Allah memilih mereka adalah agar melalui mereka bangsa-bangsa lain
mengenal Allah. Allah mengasihi bangsa Yahudi, oleh karena pilihanNya. Allah
telah berjanji akan senantiasa memberkati bangsa Yahudi, sebagaimana yang
dikatakan kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Allah setia akan janjiNya. Selanjutnya,
timbul pertanyaan: Bagaiamanakah jika bangsa
pilihan Allah itu gagal dalam melakukan kehendak Allah. Mereka tidak setia
kepada Allah? Apakah Allah juga menjadi tidak setia kepada mereka? Jawabannya: Ternyata
tidak (ay. 3-4). Ketidaksetiaan manusia tidak membatalkan kesetiaan Allah.
Justru kegagalan manusia semakin menegaskan kesetiaan Allah. Semakin besar
kesalahan manusia, semakin besar pula pengampunan yang Allah berikan. Allah
memang setia. Bahkan kesetiaan-Nya mengatasi keberdosaan kita. Hal itulah yang
dinyatakan dalam pengorbanan Kristus. Didalam kasih Kristus, dosa kita dihapus.
Hidup kita ditebus. Kita menjadi umat pilihan. Tetapi, bukan berarti bahwa kita
dapat berlaku seenaknya dan menyepelekan
kasih Allah serta hidup dalam kecemaran
(ay. 8). Karena, jika manusia berlaku seenaknya, siapapun dia, maka Allah pasti
bertindak adil. Dia pasti menghukum manusia yang tidak menghormati kekudusan
dan mempermainkanNya. Oleh karena itulah dalam Galatia 6:7 dikatakan: Jangan sesat ! Allah tidak membiarkan
diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan
dituaiNya.
Sebagian orang
Yahudi mengira bahwa status umat pilihan adalah status yang aman, sehingga
mereka bisa hidup sesukanya dan berbuat dosa. Sama halnya seperti orang Kristen,
janganlah merasa bahwa karena kita adalah umat yang telah ditebus, umat
pilihan, maka kita dapat berbuat seenaknya dan hidup sesuka hati berbuat dosa.
Melalui firman
Tuhan ini, kita diajak untuk tetap setia mengikut TUHAN, apapun yang terjadi
dalam hidup kita. Sebagaimana Tuhan Allah yang mengasihi kita adalah Pribadi
yang setia.
Orang
yang setia kepada Allah adalah orang yang menyatakan tiga hal, yaitu: Pertama, mereka percaya akan
keberadaan Allah yang Mahakuasa dan mahamulia. Kedua, mereka mengenal
Allah dengan baik. Seorang yang mengenal
Allah secara pribadi dan mendalam, pastilah akan setia. Pengenalan yang baik setelah beriman menghasilkan kesetiaan. Ketiga,
mereka mengasihi Allah. Seorang yang mengasihi Allah pasti setia kepada Allah.
Kasih tanpa kesetiaan adalah kasih yang tidak sungguh-sungguh. Sepasang kekasih
yang saling mengasihi, pasti akan setia
kepada pasangannya. Jadi, seseorang yang
setia kepada Allah adalah mereka yang mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh,
setelah dalam hidupnya, Ia merasakan pengorbanan dan kasihNya, yang dinyatakan
dalam Kristus. Oleh karena itu, meskipun saat ini kita bergumul oleh karena
wabah virus corona yang melanda dunia ini. Marilah kita untuk tetap setia
beribadah dan memegang janjiNya. Amin.