ALLAH PENGHIBUR YANG BENAR
Kegagalan dan
tekanan hidup dapat membuat seseorang
putus asa. Saat seseorang berputus asa, dunia serasa hampa. Kondisi seperti
itulah yang dialami nabi Elia.
Elia baru
mengalami kemenangan yang gemilang melawan nabi-nabi Baal. Ia berharap agar
kemenangan itu dapat membuat seluruh rakyat Israel dan raja Ahab bertobat.
Meninggalkan berhala Baal dan bersujud menyembah Tuhan Allah. Sebelumnya Elia
sudah berulangkali memberitakan firman Tuhan kepada Raja Ahab dan rakyat
Israel. namun mereka tidak mau bertobat. Mereka tetap menyembah Baal.
Kemenangan menghadapi nabi-nabi Baal diharapkan Elia bisa menjadi momentum
untuk membuat raja dan seluruh umat bertobat.
Harapan Elia
tidak menjadi kenyataan. Kendatipun ia telah menurunkan api dari langit untuk
membakar korban persembahan dan mengalahkan nabi-nabi Baal, namun umat Israel
masih belum mau bertobat. Raja Ahab pun masih tetap mengeraskan hatinya. Ia
malah melaporkan peristiwa kekalahan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel kepada
ratu Izebel.
Ratu Izebel yang
fanatik menyembah dewa Baal menjadi murka. Ia mengancam akan membunuh Elia.
Rupanya ancaman itu serius. Hal ini membuat Elia ketakutan dan pergi lari menyelamatkan diri.
Sesampainya di
Betsyeba, Elia berhenti dan berdoa. Apa yang didoakannya? Ia berdoa minta supaya
ia mati saja! Sungguh mengejutkan. Seorang hamba Tuhan yang luar biasa dan
dikagumi banyak orang justru berdoa minta supaya ia mati (1 Raj. 19:4b).
Mengapa Elia
berdoa minta supaya ia mati? Pada saat itu Elia mengalami keputusasaan.
Keputusasaan itu dikarenakan beberapa sebab, diantaranya: 1) Ia kecewa karena
umat Israel, khususnya raja Ahab tidak mau bertobat. 2) Ia mengira kerja kerasnya
selama ini hanyalah suatu kegagalan besar dan hanya tinggal dia sendiri yang
bersujud kepada Tuhan. 3) Ia dalam keadaan takut karena ancaman dari ratu
Izebel yang hendak membunuhnya. Elia mengalami kekecewaan yang berat,
kesendirian yang menekan, dan ketakutan yang mendalam sehinga ia jatuh
dalam keputusasaan. Di dalam keputusasaan itu, Elia hanya melihat kepada diri
sendiri dan masalah yang ada. Ia tidak melihat kepada Tuhan.. Ia merasa tidak ada lagi harapan. Itulah membuat Elia
berdoa minta supaya ia mati saja.
Syukurlah, ada
Tuhan di tengah keputusasaan Elia. Tuhan mengasihi dan peduli pada Elia. Ia
tidak mencabut nyawa Elia, tetapi Ia datang untuk memberi pertolongan
kepadanya! Tuhan berkenan membangkitkan Elia dari keputusasaannya:
1) Ia memberikan istirahat, makan dan minum kepada
Elia. Kebutuhan fisiknya diperhatikan.
2) Setelah Elia lebih kuat secara fisik, Ia bertanya
kepada Elia, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” . Dengan itu Tuhan mau
membangkitkan kesadaran Elia akan tugas dan panggilannya yang semula.
3) Tuhan memberi tugas baru kepada Elia untuk
mengurapi tiga orang, yaitu Hazael menjadi Raja Aram, Yehu menjadi raja Israel,
dan Elisa menjadi nabi yang akan menggantikannya
Selain
melayani, Elia harus mempersiapkan pengganti yang akan meneruskan pelayanannya.
Visi dan misi Elia semakin diperjelas.
4) Ia memberitahu Elia bahwa ada 7000 orang yang
tetap setia kepada Tuhan. Tuhan meneguhkan hati Elia bahwa ia tidak sendiri.
Elia bangkit. Ia
tidak lagi tenggelam dalam keputusasaannya. Ia kembali melayani Tuhan dengan
setia. Ia tidak lagi berfokus pada diri sendiri dan kesulitannya, tetapi
berfokus pada Tuhan. Dengan segenap hati ia melaksanakan tugas dan panggilan
dari Allah.
Semua orang bisa
jatuh kepada keputusasaan. Orang yang seteguh nabi Elia saja bisa jatuh dalam
keputusasaan. Oleh karena itu kita harus selalu mawas diri.
Orang yang
merasa dirinya kuat, justru rentan terhadap kejatuhan. Maka dari itu kita harus
senantiasa waspada dan berdoa agar tidak jatuh dalam menghadapi berbagai pencobaan.
Jika kita mengalami keputusasaan, segeralah sadar bahwa ada Tuhan. Ia
mengasihi, peduli dan mau menolong kita. Ia adalah Penghibur yang benar
(sejati).
Ingatlah apa
yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 4:13: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.”