Langsung ke konten utama

Yesaya 6:1-8


 DIKUDUSKAN, LALU DIUTUS
 (YESAYA 6:1-8)
Kisah Yesaya ini menunjukkan sesuatu yang mengejutkan berkenaan dengan hubungan kita dengan Tuhan. Kita tidaklah sempurna. Namun, kita berdiri dalam posisi yang bebas untuk menjawab “Ya” atau “Tidak” kepada panggilan dan pengutusan Tuhan.
Tuhan menyerahkan kepada kehendak kita masing-masing, apakah kita mau memenuhi panggilannya atau tidak.


Terhadap panggilan Tuhan, Yesaya menjawab: “Ya”. Yesaya menyatakan kesediaannya melayani Tuhan setelah dirinya terlebih dahulu mengalami pengampunan. Ia mengalami pembaharuan hidup. Sebelumnya, ia merasa dirinya sangat cemar dan penuh dosa. Namun, setelah memperoleh pengampunan, Yesaya merasakan ada pembaharuan dalam hidupnya. Sehingga ketika Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus?”
Yesaya langsung menjawab: “Ini aku, utuslah aku”.
Dalam hal ini kita melihat ada sebuah perubahan. Perubahan itu adalah karena anugerah Allah. Anugerah yang dirasakan oleh Yesaya didalam pengampunan dosanya. Selanjutnya, Yesaya tidak lagi merasa bahwa melayani Tuhan tersebut adalah sebuah beban, melainkan adalah sebuah berkat. 

Penjelasan Nas dan Aplikasi
1.    Kuasa Tuhan akan tetap kekal, sampai selama-lamanya.
Dalam ayat 1 dikatakan bahwa Yesaya melihat penglihatan tersebut di Bait Suci,  “dalam tahun matinya Raja Uzia…..”.
Raja Uzia adalah seorang raja yang pernah memerintah Yehuda. Ia menjadi raja pada usia 16 tahun. Ia dibimbing oleh Zakaria untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Oleh karena itu, pada masa Uzia memerintah,  bangsa Yehuda sangat diberkati Tuhan. Bangsa Yehuda menjadi bangsa yang disegani dan mengalami kemakmuran. Namun setelah Uzia merasa dia sangat kuat dan Zakaria meninggal, ia menjadi sombong. Ia tidak lagi memperdulikan Tuhan. Ia memandang rendah para imam di Bait Suci. Sehingga ia bertindak sendiri membakar ukupan di Bait Suci. Ia merasa, karena dia araja, maka ia dapat melakukan apa saja. Akibatnya Tuhan marah. Ia mendapat hukuman dari Tuhan, yaitu mengalami penyakit kusta sampai kepada kematiannya.
(Kisah ini dapat dibaca dalam 2 Taw.26:1-23).
Tentulah bukan suatu kebetulan, jika pemanggilan Yesaya dihubungkan dengan kematian Uzia. Paling tidak kita mendapat pesan, kiranya dalam menjalankan panggilan Tuhan tersebut, kita tetap setia dan rendah hati sampai kepada akhir kehidupan kita.
2.    Yesaya melihat kemuliaan Tuhan.
Penglihatan Yesaya terjadi di Bait Suci.
Artinya, dengan bersengaja Yesaya datang ke Bait Suci untuk beribadah dan bertemu dengan Tuhan.  Ia memiliki kerinduan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Selanjutnya, kita melihat kerinduan Yesaya tersebut terpenuhi. Ia bertemu dengan Tuhan . Bahkan Tuhan sendiri berbicara langsung kepadanya. Ia melihat kemuliaan Tuhan.  Ia menyaksiskan kehadiran Tuhan melalui para malaikat-malaikatNya.
Apa yang mau kita pelajari dari kisah ini adalah, tentang bagaimana Tuhan akan menjawab kerinduan kita. Jika kita sungguh-sungguh mencari Dia, maka kita akan menemukan Dia.
Selanjutnya, melalui peristiwa ini, kita juga diingatkan dengan motivasi kita datang beribadah. Jika kita datang beribadah mau mendengar suara manusia, maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Tapi kalau kita datang beribadah untuk mendengarkan Tuhan, maka kita akan mendapatkan berkat dari Tuhan.
3.    Yesaya mengalami pengudusan dari Tuhan.
Ketika menyaksikan kemuliaan Tuhan, melalui kehadiran para seraphim (malaiakat Tuhan), Yesaya tersungkur. Ia langsung merasakan bahwa dirinya penuh dengan kecemaran. Ia penuh dengan dosa. Ia merasa seorang yang najis bibir. Sehingga, seorang malaikat mengambil sebuah bara, dan menyentuhkannya kepada mulut Yesaya dan berkata: “… dosamu telah diampuni”.
Tindakan malaikat ini memperlihatkan bahwa di dalam anugerah Tuhan, Yesaya memperoleh pengampunan.  Ia tidak dibiarkan menderita di dalam dosa-dosanya. Tuhan mengampuninya.
4.    Yesaya diutus oleh Tuhan
Selanjutnya, kisah penglihatan yang dialami Yesaya dan pengampunan yang dialaminya; berakhir kepada kerelaan Yesaya untuk melayani Tuhan. Yesaya telah merasakan anugerah dan kasih Tuhan. Hal ini mendorong dirinya untuk membalas kebaikan Tuhan tersebut dengan rela serta ikhlas untuk melayani Tuhan.