“MENJADI PEWARIS JANJI ALLAH”
Jika kita membaca Roma pasal 8 ini,
kita akan menemukan bahwa rasul Paulus membedakan 2 prinsip hidup yang sangat berbeda dan
saling bertentangan. Prinsip hidup yang pertama disebutnya dengan ”hidup menurut daging” dan yang kedua
disebut dengan ”hidup menurut Roh”.
Pengertian rasul Paulus mengenai
”hidup menurut daging” lebih ditujukan untuk menggambarkan suatu pola hidup
yang memiliki tabiat yang sangat mudah/rentan terhadap keinginan dan dorongan
melakukan dosa. Jadi orang yang hidup menurut daging pada hakikatnya orang yang
lebih mengikuti kecenderungan hawa nafsunya untuk jatuh di dalam perbuatan atau
tindakan yang melawan Allah. Itu sebabnya di Roma 8:6 rasul Paulus berkata,
”Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan
damai sejahtera”.
Di dalam Efesus 4:21-25, Paulus
mempergunakan istilah “menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru”
untuk menerangkan perbedaan antara hidup menurut daging dan hidup menurut roh
tersebut.
Penjelasan Nas- Aplikasi
1. Hidup menurut daging akan
berakhir kepada kematian kekal, sebaliknya hidup menurut Roh akan mengalami
hidup yang kekal (ay.12-13)
Kita
dapat melihat bagaimana Paulus menghimbau supaya kita hidup tidak secara
daging. Karena kehidupan secara daging adalah kehidupan yang rendah dan egois.
Kehidupan yang hanya mementingkan kesenangan diri sendiri. Orang-orang yang
menjalani kehidupan seperti ini, kelak akan mengalami penyesalan. Sebagaimana
yang kita lihat dalam kehidupan Esau. Demi memuaskan kesenangan sesaat, ia
menjual hak kesulungannya dengan menukarnya dengan semangkuk bubur. Saat ini, kita juga menemukan banyak orang
seperti Esau. Karena tergoda oleh kesenangan duniawi, akhirnya rela
meninggalkan Yesus dan hidup secara kedagingan.
2. Semua orang yang dipimpin oleh Roh
Allah adalah Anak-anak Allah (ay.14-16)
Dalam
menjelaskan keberadaan seseorang yang telah mengalami penebusan dari Tuhan.
Paulus mempergunakan istilah antara status anak dengan hamba. Sebagai anak kita
mengalami kemerdekaan. Sedangkan sebagai hamba kita terikat kepada seseorang. Didalam
anugerah Allah, seseorang tersebut diangkat statusnya menjadi anak, tidak lagi
hamba. Ia menjadi memiliki status yang istimewa. Rasul Paulus menjelaskan ini
dengan mempergunakan istilah “imamat yang rajani” / malim hatopan (1 Petrus 2:9). Artinya, sebagai seseorang yang telah
ditebus Allah, semua orang percaya memiliki status yang baru. Memiliki
kehidupan yang baru.
Dahulu,
ketika para penginjil dari Eropa datang ke tanah Batak, pada saat itu di tanah
Batak berlangsung sistim perbudakan. Banyak orang Batak yang diperbudak dan
ditawan oleh sesamanya orang Batak. Orang yang diperbudak tersebut harus
melayani kepentingan tuannya, yang memperbudak dirinya. Mereka diperbudak
kebanyakan karena kalah berjudi atau kalah dalam peperangan. Para penginjil itu merasa kasihan melihat
orang yang diperbudak tersebut. Lalu merekapun banyak menebus orang-orang yang
diperbudak tersebut dengan sejumlah uang. Setelah ditebus, status mereka
berubah. Tidak lagi budak melainkan menjadi orang merdeka.
Kita
pun demikian, kita ditebus bukan dengan sejumlah uang, tetapi dengan darah
Yesus Kristus. Selain itu, kita juga dianugerahi Roh Allah, yang membuat kita
dapat berkata: “Ya Abba, ya Bapa!”.Oleh karena itu, marilah kita menghargai
penebusan Kristus tersebut dengan hidup tidak lagi seperti seseorang yang
diperhamba oleh Iblis.
3. Sebagai anak Allah, kita menjadi
orang yang disebut sebagai ahli waris, yaitu pewaris akan janji-janji Allah
(ay.17).
Sebagai
anak-anak Allah, kita mengetahui bahwa kita adalah ahli waris Allah, yaitu
orang-orang yang berhak menerima segala janji Allah. Janji apa sajakah itu?
Yaitu suatu hari kelak kita akan menikmati kemuliaan bersama dengan Kristus di
surga, walaupun saat di dunia yang fana ini kita masih mengalami berbagai
penderitaan (ayat 19-24). Didalam berhadapan dengan penderitaan itu, kita
dikuatkan melalui memegang janji Allah di dalam firmanNya. Firman Tuhan tersebut
membuat hati kita teguh dan tidak mudah terombang-ambing.
Dengan mengingat janjinNya, kita dikuatkan dan dimampukan untuk menjalani kehidupan ini. Walaupun kita masih berada dalam kehidupan yang fana ini, namun kita memiliki keyakinan akan janji Allah bahwa suatu hari kelak, kita akan meninggalkan dunia ini. Dunia ini tidak menjadi tujuan hidup kita. Namun, hidup dalam dunia inilah kita membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang mewarisi janji Allah akan kehidupan kekal tersebut.
Dengan mengingat janjinNya, kita dikuatkan dan dimampukan untuk menjalani kehidupan ini. Walaupun kita masih berada dalam kehidupan yang fana ini, namun kita memiliki keyakinan akan janji Allah bahwa suatu hari kelak, kita akan meninggalkan dunia ini. Dunia ini tidak menjadi tujuan hidup kita. Namun, hidup dalam dunia inilah kita membuktikan bahwa kita adalah anak-anak Allah yang mewarisi janji Allah akan kehidupan kekal tersebut.